Tak berapa lama muncul pelayan rumah itu, menyuruh Sinbad masuk kerana dipanggil tuannya. "Adakah namamu Sinbad?", "Benar Tuan". "Namaku juga Sinbad", kata sang saudagar.
Ia pun mulai bercerita, "Dulu aku seorang pelaut. Ketika mendengar nyanyianmu, aku sangat sedih kerana kamu berfikir hanya kamu seorang yang bernasib buruk, dulu nasibku juga buruk, orang tuaku meninggalkan banyak warisan, tetapi aku hanya bermain dan menghabiskan harta saja. Setelah jatuh miskin, aku bertekad menjadi seorang pelaut. Aku menjual rumah dan semua perabot untuk membeli kapal dan seisinya.
Ketika ada daratan yang terlihat kami segera merapatkan kapal, para awak-awak kapal segera mempersiapkan makanan petang. Mereka membakar daging dan ikan. Tiba-tiba, permukaan tanah bergoyang. Pulau itu bergerak ke atas, para pelaut berjatuhan ke laut. Ketika jatuh ke laut, aku sempat melihat ke pulau itu, ternyata pulau tersebut, berada di atas badan ikan paus. Disebabkan ikan paus itu sudah lama tak bergerak, tubuhnya ditumbuhi pohon dan rumput, mirip seperti pulau.
Mungkin kerana berasa panas dari api unggun, ia mulai bergerak liar. Mereka yang terjatuh ke laut di libas ekor ikan paus sehingga tenggelam. Aku berusaha menyelamatkan diri dengan memeluk sebuah tong, hingga aku pun terapung-apung di laut. Beberapa hari kemudian, aku berhasil sampai ke daratan. Aku haus, disana ada pohon kelapa. Kemudian aku memanjatnya dan mengambil buah dan meminum airnya. Tiba-tiba aku melihat ada sebutir telur yang sangat besar.
Ketika turun, dan mendekati telur itu, tiba-tiba dari arah langit, terdengar suara yang menakutkan disertai suara kepakan sayap yang mengerikan. Ternyata, seekor burung naga yang amat besar sedang berterbangan di atas sampil mengepakkan sayapnya.
Setelah sampai ke sarangnya, burung naga itu tertidur sambil mengerami telurnya. Sinbad menyelinap di kaki burung itu, dan mengikat erat badannya di kaki burung naga dengan kainnya. "Kalau ia bangun, pasti ia langsung terbang dan pergi ke tempat di mana manusia tinggal." Benar, esoknya burung naga terbang mencari makanan. Ia terbang melewati pegunungan dan akhirnya tampak sebuah daratan. Burung naga turun di sebuah tempat yang dalam, di hujung jurang. Sinbad segera melepas ikatan kainnya di kaki burung dan bersembunyi di balik batu.
Sekarang Sinbad berada di dasar jurang. Sinbad terpgun, melihat di sekelilingnya banyak berlian. Pada saat itu, "Bruk" ada sesuatu yang jatuh. Ternyata ketulan daging yang besar. Di ketulan daging itu menempel banyak berlian yang bersinar-sinar.
Untuk mengambil berlian, manusia sengaja menjatuhkan daging ke jurang yang nantinya akan diambil oleh burung naga dengan berlian yang sudah menempel di daging itu. Sinbad mempunyai idea. Ia segera mengikatkan dirinya ke ketulan daging. Tak berapa lama burung naga datang dan mengambil ketulan daging, lalu terbang dari dasar jurang.
Tiba-tiba, "Klang! Klang! Terdengar suara gong dan bergema. Burung naga yang terkejut segera menjatuhkan ketulan daging dan cepat-cepat terbang tinggi. Orang-orang yang datang untuk mengambil berlian, terkejut ketika melihat Sinbad. Sinbad menceritakan semua kejadian yang dialaminya.
Kemudian orang-orang pengambil berlian menghantar Sinbad ke pelabuhan untuk kembali ke negaranya. Sinbad menjual berlian yang didapatinya dari jurang tadi dan membeli sebuah kapal yang besar dengan awak-awak kapal yang ramai. Ia berangkat berlayar sambil melakukan perdagangan. Suatu hari, kapal Sinbad dirompak oleh para perompak. Kemudian Sinbad dijadikan budak suruhan yang akhirnya dijual kepada seorang pemburu gajah.
"Apakah kau boleh memanah?" Tanya pemburu gajah. Sang pemburu memberi Sinbad busur dan anak panah dan diajaknya ke padang rumput luas. "Ini adalah jalan gajah. Naiklah ke atas pohon, tunggu mereka datang lalu bunuh gajah itu". "Baik tuan," jawab Sinbad ketakutan. Esok pagi, datang segerombolan gajah. Saat itu pemimpin gajah melihat Sinbad dan langsung menyerang pohon yang dinaiki Sinbad. Sinbad jatuh tepat di depan gajah. Gajah itu kemudian menggulung Sinbad dengan belalainya yang panjang.
Sinbad mengira ia pasti akan dibunuh atau dibanting ke tanah. Ternyata, gajah itu membawa Sinbad dengan kelompok mereka ke sebuah gunung batu. Akhirnya terlihat sebuah air terjun besar. Dengan membawa Sinbad, gajah itu masuk ke dalam air terjun menuju ke sebuah gua. "Ku..kubur gajah!" Sinbad terperanjat.
Di gua yang luas berlonggok tulang dan gading gajah. Pemimpin gajah berkata,"Kalau kau ingin gading ambillah sebanyak mana mahumu. Sebagai gantinya, berhentilah membunuh kami." Sinbad berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Ia pulang dengan membawa gading gajah dan menyerahkan kepada tuannya, dan memberi syarat kepada tuannya supaya tidak akan membunuh gajah lagi. Tuannya berjanji, dan kemudian memberikan Sinbad wang. "Sampai disini dulu ceritaku", ujar Sinbad yang sudah menjadi saudagar kaya. "Aku boleh menjadi orang kaya, kerana kerja keras dengan wang itu. Jangan berputus asa, sampai bila-bila pun, apalagi jika kita masih muda," lanjut sang saudagar.
-tamat-
SIAPAKAH SEBENARNYA SINBAD SI PELAUT?
Sinbad si Pelaut adalah tokoh utama dalam rangkaian kisah yang menceritakan petualangan Sinbad mengharungi samudera. Kemungkinan kisah mengenai Sinbad ini berasal dari Persia dan termasuk ke dalam kumpulan kisah Seribu Satu Malam – sebuah kumpulan epos dalam cerita rakyat, nyanyian, dan perumpamaan bangsa Arab yang sudah terkenal di dunia Barat. Sinbad merupakan tokoh yang unik sehingga cerita tentang dirinya kadangkala diterbitkan secara tersendiri dan juga telah mengilhami buku-buku lainnya selain film dan drama musikal.
Kadangkala, ada juga yang mengeja nama Sinbad dengan tambahan huruf “D”, menjadi “Sindbad”, hal ini mencerminkan adanya ketidaksempurnaan dalam penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Inggris. Kemungkinan cerita Sinbad dibangun dari berbagai sumber, antara lain kisah para pelaut dan dongeng sebelum tidur, dengan demikian Sinbad menjadi sejenis karakter majemuk yang bergantung pada cerita.
Menurut cerita Seribu Satu Malam, Sinbad berlayar karena ia telah menghabiskan harta warisan yang dimilikinya dan ia memerlukan wang untuk bertahan hidup. Ia melakukan tujuh perjalanan sebelum akhirnya berjaya mendapatkan wangnya kembali, dan terlibat dalam petualangan-petualangan eksotis di wilayah-wilayah Afrika dan Asia.
Dalam edisi-edisi cerita di Seribu Satu Malam yang merupakan cerita aslinya, banyak kisah tentang Sinbad yang mencerminkan hikmah dalam agama Islam, dan di kisah terakhirnya, ia berdoa berulangkali kepada Allah agar dimudahkan dalam melewati tantangan-tantangan di perjalanannya.
Salah satu kisah paling terkenal mengenai Sinbad si Pelaut adalah kisah yang di dalamnya terdapat burung Roc, yakni burung dongeng menakutkan yang memiliki telur yang luar biasa besar. Sinbad juga berhadapan dengan para raja, iblis, dan berbagai karakter lainnya.
Seringkali ceritanya berakhir dengan Sinbad mendapatkan tumpukan emas atau permata. Banyak cerita Sinbad yang terinspirasi oleh cerita lainnya, seperti misalnya cerita-cerita rakyat Yunani. Hal ini bisa mengherankan orang-orang yang tidak mengetahui betapa pada masa pembuatan cerita Seribu Satu Malam pertukaran kebudayaan antara Timur Tengah dan Yunani sudah sangat sering terjadi.
Banyak penerjemahan cerita Seribu Satu Malam yang berisikan kisah tentang Sinbad si Pelaut, yang sebenarnya tidak banyak ditemukan dalam edisi bahasa Arabnya. Kemungkinan lain, kita boleh menemukan kisah tentang Sinbad secara terpisah-pisah.
0 komentar:
Posting Komentar