Selasa, 08 Oktober 2013

Kisah 1001 Malam

Diposting oleh Unknown di 01.07

  Malam
Tokoh utama kisah Arabian Nights adalah Sheherazade putri seorang Wezir Agung pada masa pemerintahan raja Shahriar. Sheherazade memutuskan untuk menikah dengan raja Shahriar yang memiliki kebiasaan buruk, yaitu menikah dengan seorang gadis setiap hari dan kemudian membunuhnya. Sheherazade menceritakan kisah-kisah indah yang menarik perhatian raja dan menghentikan kisahnya tepat di saat-saat yang menegangkan, sehingga raja penasaran dengan akhir kisahnya dan mengijinkan Sheherazade hidup sehari lagi. Hal ini berlangsung berhari-hari hingga lama-kelamaan raja Shahriar benar-benar jatuh cinta kepada Sheherazade. Berikut adalah kisah-kisah yang diceritakan olehnya.

Raja Shahriar

Dahulu kerajaan Persia meliputi wilayah yang sangat luas hingga ke daratan India dan Cina. Saat raja mangkat, pangeran Shahriar sebagai anak sulung menggantikannya sedangkan adiknya pangeran Shahzenan menjadi raja Samarcande, salah satu wilayah di monarki Persia. Setelah berpisah selama sepuluh tahun, Sultan Shahriar merasa rindu untuk bertemu dengan adik satu-satunya itu. Dikirimlah Wezirnya (Semacam penasihat kerajaan atau perdana menteri) untuk mengundang dan menjemputnya.
Singkatnya rombongan Wezir agung tiba di Samarcande dan disambut dengan suka cita oleh raja Shahzenan. Wezir Agung menyampaikan pesan dari Sultan Shariar kepada raja Shahzenan dan jawabnya,
“Wezir agung, aku merasa terhormat dengan undangan ini. Sesungguhnya, akupun sangat merindukan kakakku jadi tentu saja aku menerima undangannya. Tapi aku meminta waktu 10 hari untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Dan sementara itu, anda dan rombongan akan kami jamu dengan baik.”
Wezir agung mengucapkan terima kasih dan memohon diri. Ia dan rombongannya mendirikan tenda-tenda di sebuah lapangan di luar kota kerajaan untuk tempat mereka tinggal selama menunggu.
Pada hari yang kesepuluh, sorenya, raja Shazenan berpamitan kepada permaisuri yang sangat dicintainya. Lalu ia dan rombongannya berangkat menuju perkemahan Wezir agung. Mereka akan berangkat esok paginya. Raja Shahzenan memanfaatkan malam terakhir sebelum keberangkatannya untuk bediskusi dengan para pejabatnya hingga larut malam.
Tengah malam saat raja hendak beristirahat, tiba-tiba ia merasa rindu kepada permaisurinya. Maka tanpa pikir panjang, raja segera memacu kudanya kembali ke istana dan langsung menuju ke kamarnya. Ia bermaksud memberikan kejutan manis untuk permaisurinya. Betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa di dalam kamar, permaisurinya sedang bersama dengan seorang budak laki-laki. Raja pun murka dan menikam keduanya hingga mati. Lalu ia meninggalkan mereka dan segera kembali ke perkemahan Wezir agung.
Sultan Shahriar dan para keluarga kerajaan serta para pejabatnya menyambut kedatangan raja Shahzenan dengan suka cita. Mereka pun saling melepas rindu. Kemudian raja mengantar adiknya ke kamar yang sudah dipersiapkan untuknya.
Teringat akan ketidaksetiaan permaisurinya, membuat raja Shazenan menjadi murung. Hal ini juga disadari oleh Sultan meski ia tidak tahu persoalan apa yang membuat adiknya bermuram durja.
Suatu hari Sultan bermaksud untuk mengadakan perburuan besar di hutan selama 2 hari. Tapi, raja Shahzenan, karena merasa tidak enak badan tidak mau ikut. Ia tetap tinggal di kamarnya dan hanya duduk diam di atas balkon memandang taman istana di bawahnya sambil merenungi nasib buruk yang menimpanya.
Tiba-tiba sebuah pintu rahasia menuju taman bunga terbuka, dan keluarlah dari dalamnya 20 orang wanita yang mengenakan jubah dan cadar. Di tengah-tengah mereka berjalanlah sang Ratu. Setelah pintu menutup kembali, sepuluh dari keduapuluh wanita itu menanggalkan jubah dan membuka cadarnya. Raja Shahzenan terkejut karena ternyata 10 orang itu adalah budak pria berkulit hitam. Budak-budak ini langsung menhampiri kesepuluh budak wanita tadi dan berzina. Lalu ratu menepuk tangannya dan berseru, “Mas’ud, Mas’ud!” Dan entah darimana datangnya, seorang budak hitam berlari menghampiri ratu. Seperti halnya budak yang lain, ratu dan budak hitam itu pun melakukan tindakan bejat tanpa malu-malu.
Raja Shazenan terkesiap dan berkata dalam hati, “Alangkah bodohnya aku yang mengira bahwa hanya aku satu-satunya yang bernasib buruk.”
Sejak saat itu raja Shahzenan tidak lagi merasa sedih. Ia makan dan minum dengan lahap dan melakukan aktifitasnya dengan gembira.
Sultan juga ikut senang melihat perubahan mood adiknya, “adikku sayang, ketika kau datang ke istana ini, kau datang dengan muka yang keruh tapi kini, syukur pada Alloh, wajahmu sudah kembali bersinar, tolong ceritakan padaku apakah yang telah menimpamu?”
“Kakanda raja, jika boleh, saya mohon agar saya tidak usah menjawab pertanyaan kanda,” kata raja Shahzenan.
“Tidak adikku, kau harus menjawabnya,” desak Sultan.
Akhirnya raja Shahzenan menceritakan perselingkuhan permaisurinya kepada Sultan. “Itulah yang membuatku sedih. Aku selalu menyalahkan diriku atas kebodohanku,” katanya.
“Aku bisa merasakan apa yang kau rasakan,” kata Sultan. “Sekarang ceritakan padaku apa yang telah membuatmu kembali gembira, jangan sembunyikan apapun dariku!”
Raja Shahzenan menceritakan apa yang dilakukan ratu saat Sultan pergi berburu.
“Aku harus membuktikannya sendiri,” kata Sultan.
“Kakanda sebaiknya mengatur sebuah perburuan lagi, lalu diam-diam kita kembali ke istana dan membuktikan ceritaku,” kata raja Shahzenan.
Esoknya keduanya melaksanakan niatnya. Mereka pamit untuk pergi berburu selama beberapa hari. Namun malamnya saat anggota rombongannya sudah terlelap di tendanya masing-masing, mereka berdua diam-diam kembali ke istana. Benar apa yang dikatakan adiknya, paginya Sultan melihat sebuah pintu rahasia menuju taman terbuka. Dari dalamnya keluarlah ratu beserta para budaknya. Ratu kembali memanggil Mas’ud dan Sultan melihat dengan mata kepalanya sendiri peristiwa aib yang dilakukan oleh Ratunya.
“Ya Alloh! Sungguh perempuan yang hina!” teriaknya.
Sultan segera memerintahkan untuk menangkap ratu dan dengan tangannya sendiri Sultan memenggal kepala sang Ratu. Sejak hari itu raja bersumpah akan menikahi seorang gadis setiap hari dan memenggalnya keesokan harinya.
Sumpah yang diucapkan Sultan menjadi teror yang menakutkan bagi rakyatnya terutama mereka yang memiliki anak perempuan. Raja yang dulu mereka cintai kini menjadi monster yang mengerikan. Tidak heran jika negeri yang dulu aman dan damai kini dipenuhi dengan pemberontakan-pemberontakan.
-------

0 komentar:

Posting Komentar

 

YhuLiz BLog's (Yulistyanda Sandi) Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting