Malam kembali
datang. Syahrazad, Dunyazad, dan Raja Syahrayar telah duduk di satu meja.
"Ayo kak, lanjutkan cerita kakak
yang kemarin," Dunyazad tarnpak tak sabar mengatakan itu kepada kakaknya.
"Baik, akan tetapi aku baru akan
melanjutkan ceritaku atas izin dari baginda raja,"
jawab Syahrazad.
"Lanjutkan
ceritamu," ujar Raja Syahrayar.
Syahrazad pun melanjutkan kisahnya.
Syahrazad pun melanjutkan kisahnya.
Ketika si kakek tua melihat tangisan
anak sapi yang dibelinya, muncul rasa iba
di dalam hatinya. la lalu berkata kepada penjual sapi, "Peliharalah sapi
ini bersama hewan peliharaanmu yang
lain."
Jin yang
mendengar kisah itu terkejut. Kemudian kakek tua pemilik kijang itu
melanjutkan ceritanya, "Semua
kejadian itu terjadi di depan mata istri hamba. Dan dia terus mendesak hamba
agar anak sapi itu disembelih saja, karena anak sapi itu gemuk dan untuk
menyembelihnya sebenarnya tidak terlalu sulit. Istri hamba itu lalu meminta
agar penjual sapi itu mengambil anak sapi yang hamba pesan.
Pada keesokan harinya, ketika hamba
sedang duduk -duduk di rumah ,
datanglah si penjual sapi seraya bertanya, "Tuan, apakan Tuan mengizinkan saya
untuk menyampaikan sesuatu hal yang pasti akan membuat tuan senang ?'"
datanglah si penjual sapi seraya bertanya, "Tuan, apakan Tuan mengizinkan saya
untuk menyampaikan sesuatu hal yang pasti akan membuat tuan senang ?'"
"Tentu," jawab hamba.
Si penjual sapi itu
lalu memulai ceritanya, "Saya memiliki seorang putri
yang mempelajari ilmu sihir sejak kecil. Kemarin, ketika tuan meminta saya
membawa pulang anak sapi yang tuan pesan, saya membawa sapi itu ke
hadapan putri saya itu. Anehnya, ketika putri saya melihat anak sapi itu, putri
saya menundukkan wajahnya. Dia menangis sebentar dan kemudian tertawa.
Dengan wajah merona karena malu, putri saya berkata kepada saya, 'Ayah,
mengapa ayah membuatku malu dengan membawa seorang pemuda asing
ke hadapanku .' Saya heran bukan kepalang dengan perkataan putri saya itu
dan bertanya padanya di mana pemuda yang dia maksud, dan mengapa dia
menangis lalu tertawa. Putri saya lalu memberitahu bahwa anak sapi yang
saya bawa itu sebenarnya adalah anak tuan yang telah disihir bersama ibunya
oleh istri pertama ayahnya. Hal itulah yang membuatnya tertawa. Sedangkan
hal yang membuat dia menangis adalah kejadian tragis yang menimpa ibu si
sapi yang harus tewas di tangan ayahnya sendiri yang menyembelihnya. Tak
sabar rasanya saya menunggu pagi datang untuk segera memberi tahu tuan
tentang perkara ini."
yang mempelajari ilmu sihir sejak kecil. Kemarin, ketika tuan meminta saya
membawa pulang anak sapi yang tuan pesan, saya membawa sapi itu ke
hadapan putri saya itu. Anehnya, ketika putri saya melihat anak sapi itu, putri
saya menundukkan wajahnya. Dia menangis sebentar dan kemudian tertawa.
Dengan wajah merona karena malu, putri saya berkata kepada saya, 'Ayah,
mengapa ayah membuatku malu dengan membawa seorang pemuda asing
ke hadapanku .' Saya heran bukan kepalang dengan perkataan putri saya itu
dan bertanya padanya di mana pemuda yang dia maksud, dan mengapa dia
menangis lalu tertawa. Putri saya lalu memberitahu bahwa anak sapi yang
saya bawa itu sebenarnya adalah anak tuan yang telah disihir bersama ibunya
oleh istri pertama ayahnya. Hal itulah yang membuatnya tertawa. Sedangkan
hal yang membuat dia menangis adalah kejadian tragis yang menimpa ibu si
sapi yang harus tewas di tangan ayahnya sendiri yang menyembelihnya. Tak
sabar rasanya saya menunggu pagi datang untuk segera memberi tahu tuan
tentang perkara ini."
"Wahai Paduka
Raja Jin, ketika hamba mendengar penuturan si penjual
sapi itu, hamba langsung pergi bersama si penjual sapi itu ke rumahnya. Pikiran
hamba melayang-melayang karena kegembiraan yang meluap . Sesampainya
hamba di rumah si penjual sapi, putri si penjual sapi langsung menyambut
kedatangan hamba. Dia mencium tangan hamba, sementara putra hamba yang
berwujud anak sapi langsung menempelkan kepalanya ke tubuh hamba."
sapi itu, hamba langsung pergi bersama si penjual sapi itu ke rumahnya. Pikiran
hamba melayang-melayang karena kegembiraan yang meluap . Sesampainya
hamba di rumah si penjual sapi, putri si penjual sapi langsung menyambut
kedatangan hamba. Dia mencium tangan hamba, sementara putra hamba yang
berwujud anak sapi langsung menempelkan kepalanya ke tubuh hamba."
"Benar, anak
sapi itu memang
putra Tuan," ujar
putri penjual sapi itu kepada
hamba . Hamba lalu
berkata padanya , "Nak ,
jika kau dapat menyelamatkan putraku, aku akan
memberikan harta dan hewan ternak yang banyak kepadamu ."
Putri penjual sapi
itu hanya tersenyum, kemudian ia berkata, "Tuan, saya tidak
bersedia menerima semua pemberian Tuan kecuali dengan dua syarat. Syarat
pertama, Tuan harus bersedia menikahkan saya dengan putra Tuan. Dan syarat yang
kedua, izinkan saya untuk menyihir dan memenjarakan orang yang telah
menyihir putra Tuan, karena jika tidak demikian, saya khawatir orang itu akan
berbuat jahat kepada saya."
"Wahai Paduka
Raja Jin, ketika hamba
mendengar penuturan putri
si
penjual sapi itu, hamba pun berkata padanya , 'Baik, aku akan memberikan
kepadamu harta yang banyak dan aku halalkan darah istri pertamaku yang
jahat itu'."
penjual sapi itu, hamba pun berkata padanya , 'Baik, aku akan memberikan
kepadamu harta yang banyak dan aku halalkan darah istri pertamaku yang
jahat itu'."
Setelah putri
si penjual sapi
itu mendengar perkataan hamba, dia
lalu mengambil cangkir yang diisinya dengan air sampai penuh.
Setelah merapalkan mantera, putri penjual sapi itu menyiramkan air mantera
itu ke tubuh putra hamba yang masih berwujud anak sapi seraya berseru, "Jika Allah memang menciptakanmu sebagai
seekor sapi, tetaplah kau sebagai sapi. Akan tetapi jika engkau
adalah seekor sapi
hasil perbuatan sihir,
kembalilah ke wujud asalmu dengan
izin Allah!"
Setelah putri si
penjual sapi itu selesai mengucapkan doa, tiba-tiba anak sapi
itu berubah menjadi manusia. Hamba pun langsung memeluk putra hamba yang telah
berubah wujud.
"Demi Allah,
ceritakan pada ayah semua yang diperbuat oleh ibu tirimu terhadap
dirimu dan ibumu," kata hamba .
Panjang lebar putra
hamba menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya dan ibunya.
Seusai mendengar penuturan putra hamba,
hamba berkata kepadanya,
"Wahai putraku , sebenarnya ketetapan Allah-lah yang telah menyelamatkan-
mu."
"Wahai putraku , sebenarnya ketetapan Allah-lah yang telah menyelamatkan-
mu."
"Wahai Paduka
Raja Jin, setelah itu hamba pun menikahkan putra hamba
dengan putri si penjual sapi. Sedangkan istri pertama hamba yang jahat telah
diubah wujudnya menjadi seekor kijang yang sekarang hamba bawa ini. Setelah
peristiwa itu, hamba berjalan ke tempat ini dan tanpa sengaja, bertemu dengan
orang-orang ini. Hamba memang berniat untuk tetap di sini karena hamba
ingin melihat gerangan apakah yang akan terjadi. Demikian cerita hamba."
dengan putri si penjual sapi. Sedangkan istri pertama hamba yang jahat telah
diubah wujudnya menjadi seekor kijang yang sekarang hamba bawa ini. Setelah
peristiwa itu, hamba berjalan ke tempat ini dan tanpa sengaja, bertemu dengan
orang-orang ini. Hamba memang berniat untuk tetap di sini karena hamba
ingin melihat gerangan apakah yang akan terjadi. Demikian cerita hamba."
Raja Jin itu
lalu berkata, "Sungguh
ceritamu tadi adalah
cerita yang menakjubkan.
Oleh sebab itu, aku gugurkan sepertiga dari hukumanku terhadap pedagang kaya
yang telah membunuh anakku itu."
Setelah mendengar ucapan jin itu,
kakek tua yang membawa dua ekor
anjing pemburu berdiri dan berkata kepada sang jin, "Wahai Paduka Raja
Jin, ketahuilah bahwasanya kedua anjing yang hamba bawa ini sebenarnya
adalah saudara kandung hamba
anjing pemburu berdiri dan berkata kepada sang jin, "Wahai Paduka Raja
Jin, ketahuilah bahwasanya kedua anjing yang hamba bawa ini sebenarnya
adalah saudara kandung hamba
0 komentar:
Posting Komentar