Rahasia Istana Hitam
Sultan menunggu hingga semua pengawalnya tidur, lalu tanpa meninggalkan suara ia pergi meninggalkan perkemahan. Yang ditujunya adalah salah satu dari keempat bukit kecil yang mengelilingi danau. Ia menempuhnya tanpa kesulitan. Sultan terus berjalan sepanjang malam, sepanjang pagi hingga matahari mulai terik. Ia memutuskan untuk mencari tempat untuk beristirahat. Tampak di kejauhan sebuah bangunan berwarna hitam menjulang, maka sultan segera menuju ke tempat itu. Ternyata bangunan itu adalah sebuah istana yang terbuat dari marmer hitam yang mengkilat seperti cermin dan disangga dengan besi-besi yang kuat.Didorong rasa penasaran yang menghantuinya, sultan mendekati isatan tersebut. Salah satu daun pintunya dalam keadaan terbuka. Sultan mengetuk pintu itu, mula-mula dengan ketukan halus. Satu kali, tidak ada jawaban. Kedua kali juga tidak ada jawaban. Raj mengetuk pinu itu unutk ketiga kalinya, kali ini dengan ketukan yang keras. Namun tetap tidak ada jawaban.
“Tidak mungkin tidak ada penghuninya,” pikir sultan. “Baiklah aku masuk saja. Toh aku sudah mengetuk.”
Sultan masuk ke istana tersebut.
“Assalamu alaikum…apakah ada orang di dalam? Aku seorang pengembara dan ingin beristirahat, “ teriak sultan.
Tidak ada sahutan. Sultan mengulanginya lagi berkali-kali tapi tetap tidak ada yang menyahut.
Sultan semakin penasaran, ia meneruskan langkahnya ke tengah istana. Tidak ada satu orang pun yang ditemuinya. Tapi barang-barang di istana ini terlihat sangat terpelihara dan berkualitas tinggi. Akhirnya sultan sampai di sebuah ruangan yang sangat luas. Lantainya tertutup permadani sutra yang sangat halus. Sofa-sofa dilapisi kain mecca yang mewah. Tirai-tirai sutra India berenda emas dan perak tergantung indah di setiap jendela.
Lalu sultan sampai di sebuah teras yang sangat indah. Empat patung singa terbuat dari emas menghiasi setiap sudutnya. Air yang sangat jernih mengalir dari mulutnya seperti air terjun kecil. Langit-langitnya dilukis dengan lukisan yang sangat menawan.
Istana itu dikelilingi oleh taman di ketiga sisinya. Bunga-bunga beraneka warna, air mancur-air mancur yang indah, dan ornamen-ornamen indah lainnya menghiasi taman tersebut. Ribuan burung beraneka jenis juga ikut menghidupkan taman itu dengan suaranya yang merdu. Sebuah jarring yang sangat lebar mengelilingi taman tersebut, mencegah burung-burung tersebut meloloskan diri.
Sultan berkeliling dari satu ruangan ke ruangan yang lain. Semuanya tampak luar biasa. Namun tak seorang manusia pun yang dijumpainya. Akhirnya sultan duduk melepaskan lelah di sebuah bangku yang menghadap taman. Lalu samara-samar terdengar sebuah tangisan, “Duhai nasib! Kau telah membuatku begitu menderita. Kau menghalangi kebahagiaanku! Dan kau memberiku istri terburuk dalam hidupku. Kumohon hentikanlah! Atau berilah aku kematian untuk mengakhiri penderitaanku.”
Sultan segera mencari asal tangisan tersebut. Ia melihat sebuah ruangan yang ditutupi oleh sebuah tirai. Ketika sultan menyibakkan tirai tersebut, ia melihat seorang pria yang sedang duduk di sebuah singgasana yang sedikit melayang di atas lantai. Pria tersebut berwajah sangat tampan dan berpakaian sangat mewah. Namun wajahnya memperlihatkan kesedihannya. Sultan mendekatinya dan mengucapkan salam. Pria itu membungkukkan badannya tanpa bangkit dari tempat duduknya.
“Maafkan aku,” katanya. “Seharusnya aku berdiri dan menyambutmu. Tapi sebuah kekuatan yang menahanku membuatku tak berdaya.”
“Tidak apa-apa anak muda,” kata sultan. “Aku mendengar tangisanmu. Pasti ada sesuatu yang membuatmu begitu menderita. Aku ingin sekali membantumu. Tapi, pertama-tama maukah kau memberitahuku tentang danau yang di dalamnya terdapat empat macam ikan yang berbeda warna? Dan kenapa ada istana di tempat terpencil ini? Dan kenapa kau hidup sendiri di sini?”
Mendengar pertanyaan sultan, pria itu kembali menangis pilu.
“Kenapa kau menangis?” tanya sultan.
“Oh betapa buruk nasibku! Apa yang bisa aku lakukan selain menangis,” katanya sambil menyibakkan jubah yang menutupi kakinya.
Raja terkejut karena ternyata badan pria itu hanya dari pinggang ke atas yang bisa digerakkan sedangkan dari pinggang ke bawah adalah batu marmer hitam.
“Apa yang terjadi denganmu? Aku yakin kekuatan yang mengubahmu juga berkaitan dengan terjadinya danau yang muncul tiba-tiba itu, dan juga adanya ikan dengan empat macam warna itu. Maukah kau menceritakannya padaku?” tanya sultan.
"Aku akan menceritakannya. Tapi cerita ini mungkin akan sulit diterima oleh akal,” katanya.
Lalu ia pun memulai kisahnya…
0 komentar:
Posting Komentar