Hari itu adalah awal tahun baru. Di bawah pohon yang dulu
menjaditempat pertemuannya dengan sang jin, pedagang kaya itu menangis
tersedu-sedu. Tiba-tiba datanglah seorang kakek sambil menuntun seekor
kijang.
"Apa yang kau lakukan di tempat ini sendirian? Tahukah kau bahwa tempatini adalah sarang jin?" kakek itu bertanya kepada si pedagang. Si pedagang kayaitu pun lalu menuturkan kepada si kakek semua peristiwa yang dialaminyatermasuk perjanjian yang dia lakukan dengan jin yang menghuni tempat itu.
Mendengar penuturan si pedagang, kakek tua itu terkejut dan berkata,"Demi Allah, betapa salehnya engkau. Cerita yang kau tuturkan itu juga sangatluar biasa." Kakek tua itu kemudian duduk di samping si pedagang dan berkata,"Saudaraku, sungguh aku tidak akan meninggalkanmu sampai aku menyaksi-kan sendiri apa yang akan dilakukan oleh jin itu terhadap dirimu."
Si kakek tua itu terus berbincang-bincang dengan si pedagang sampaimalam menjelang. Rasa takut mulai merasuki perasaan si pedagang kaya.Pikirannya melayang. Rasa gundah di dadanya, bercampur aduk dengan ke-gelisahan yang menggeliat.
Tiba-tiba datanglah seorang kakek yang menghampiri mereka berdua.Kakek yang kedua ini datang dengan menuntun dua ekor anjing pemburu berwarna hitam. Setelah mengucapkan salam, kakek tua pemilik anjing itu bertanya kepada dua orang yang ditemuinya tentang alasan mereka duduk di bawah pohon yang diketahui sebagai sebuah sarang jin. Si pedagang dan sikakek pemilik kijang lalu menceritakan kejadian yang mereka alami.
Ketika si pedagang, kakek tua pemilik kijang, dan kakek tua pemilik anjingtengah asyik berbincang-bincang, tiba-tiba muncul lagi seorang kakek tuayang datang bersama seekor bagal. Seperti kedua kakek sebelumnya, kakek tua pemilik bagal ini pun bertanya kepada ketiga orang yang ditemuinya tentang alasan mengapa mereka duduk-duduk di sarang jin. Setelah kakek tua pemilik bagal itu duduk, ketiga orang yang ditemuinya itu menuturkan semua peristiwa yang mereka alami.
Ketika keempat orang itu tengah asyik berbincang-bincang, tiba-tiba bertiuplah angin yang sangat kencang. Debu beterbangan, mengaburkan pandangan di sekeliling tempat itu. Dan di tengah-tengah debu yang beter bangan itu muncullah sesosok jin dengan sebilah pedang berkilat terhunusdi tangannya. Jin itu kemudian menghampiri si pedagang kaya yang duduk bersama tiga orang kakek yang menemaninya.
"Kemarilah kau pedagang, agar aku mudah memancung kepalamu sebagaihukuman atas pembunuhan yang kau lakukan terhadap diri anakku," hardik sang jin.
Mendengar itu, si pedagang kaya itu langsung meratap dan menangis ke-takutan. Ratapan ketakutan dan tangisan pedagang kaya itu ternyata memancing ketiga kakek tua yang menemaninya untuk memberi bantuan.
Kakek tua pemilik kijang berdiri dan berjalan menghampiri sang jin se-raya berkata, "Wahai Paduka Raja Segala Jin. Bersediakah Paduka menukar sepertiga hukuman pedagang ini dengan cerita hamba tentang kijang yang hamba bawa ini?"
"Baik," jawab sang jin.
"Wahai raja jin yang baik. Ketahuilah, bahwa sebenarnya kijang ini adalahsalah seorang sepupu hamba. Hamba telah menikahinya sejak dia masih kecil.Kami telah hidup berumah tangga selama tiga puluh tahun, namun kamitidak kunjung dikarunai anak. Maka hamba menikahi salah seorang budak perempuan yang darinya hamba berhasil mendapatkan seorang anak laki-lakiyang memiliki wajah yang tampan seperti bulan purnama.
bersambung...
0 komentar:
Posting Komentar