Kisah Raja Pulau Hitam bag. 4
"Kau pasti segera sembuh kekasihku. Karena sekarang juga, aku akan pergi untuk menghapuskan sihirku dan mengembalikan seluruh kerajaan seperti sedia kala," katanya dengan semangat. Ratu bergegas pergi ke tempat danau ciptaannya. Ia menciduk air danau itu dengan tangannya dan mengucapkan mantra penghapus sihirnya. Sekejap kemudian danau itu berubah menjadi kota yang ramai. Ikan-ikan yang beraneka warna kembali menjadi warga kota. Para pengawal Sultan yang kemarin berkemah di pinggir danau terkejut saat tiba-tiba mereka berada di tengah-tengah kota.
Ratu yang telah kembali ke Istana Air Mata dan segera menemui Sultan yang masih berpura-pura sebagia kekasihnya.
"Kekasihku, aku telah melakukan tugasku. Kini bangkitlah dan sambutlah tanganku!" katanya.
"Mendekatlah!" kata Sultan.
Ratu segera mendekati Sultan. Lalu sebelum Ratu dapat melihat wajah orang yang berbaring di atas ranjang itu, dengan sangat cepat Sultan memegang tangan Ratu dan menusukkan pedangnya hingga ia tewas.
"Kini kau tidak bisa lagi berbuat kejahatan di bumi ini," kata Sultan.
Sultan segera menemui Raja muda yang sudah tidak sabar ingin mengetahui keberhasilan rencana Sultan. Ia begitu gembira saat melihat Sultan keluar dari Istana Air Mata dengan selamat.
"Gembiralah sahabatku! Karena kini penyihir itu telah binasa," kata Sultan.
Raja muda sangat berterima kasih atas pertolongan Sultan dan memintanya untuk tinggal lebih lama namun Sultan menolaknya.
"Semoga kau hidup bahagia di kerajaanmu," kata Sultan. "Mampirlah kapan-kapan ke istanaku karena kerajaanmu dan kerajaanku jaraknya tidaklah terlalu jauh."
"Sultan yang agung, apakah anda mengira bahwa letak kerajaan kita berdekatan?" tanya Raja muda.
"Tentu saja. Paling lama empat atau lima jam perjalanan," jawab Sultan.
"Tidak, Sultan yang agung. Itu karena anda datang ke sini di saat kerajaan ini masih terpengaruh sihir. Tapi karena kini semua telah kembali normal, maka sebenarnya letak kerajaan kita sangatlah berjauhan. Paling tidak satu tahun waktu yang harus dihabiskan untuk sampai ke kerajaanmu. Dan aku memutuskan untuk menemani perjalananmu. Aku akan menyerahkan tahtaku kepada saudaraku. Inilah mungkin kesempatanku untuk membalas kebaikanmu," kata Raja muda.
Sultan sangat terkejut saat mengetahui bahwa ia telah pergi begitu jauh dari kerajaannya.
"Tidak masalah," kata Sultan. "Perjalanan panjang yang akan aku lalui pasti tidak akan terasa berat dengan adanya kau bersamaku. Aku akan mengangkatmu sebagai anakku dan menjadikanmu pewaris tahtaku karena aku tidak memiliki seorang anak pun," kata Sultan.
Pernyataan Sultan disambut dengan pelukan hangat dari Raja muda tersebut.
Tiga minggu kemudian, semua persiapan untuk perjalanan panjang tersebut telah siap. Semua pejabat istana dan warga kota melepas kepergian raja mereka dengan penuh haru.
Perjalanan panjang mereka tempuh tanpa kesulitan yang berarti. Sultan dan para pengikutnya disambut hangat dan suka cita di kerajaannya. Esoknya Sultan mengumumkan keputusannya untuk mengangkat Raja Pulau Hitam sebagai anaknya dan penerus tahtanya.
Sebagai ucapan terima kasih kepada nelayan yang secara tidak sengaja menyebabkan kisah ini terjadi, Sultan menganugerahkan penghargaannya dengan menjadikan mereka keluarga bangsawan hingga ia dan keluarganya hidup berkecukupan hingga akhir hayatnya.
"Tapi tuanku, kisah tentang seorang kuli panggul di pelabuhan jauh lebih menarik daripada kisah-kisah yang telah kuceritakan," kata Sheherazade.
"Ada apa dengannya?" tanya Raja Syahriar.
"Begini kisahnya........."
0 komentar:
Posting Komentar