Sekilas
Rumah Tangga Abu Nawas.
Kehidupan Abu Nawas memang tak seberuntung kawan-kawannya yang lain ataupun para saudagar yang pernah ditemuinya.
Abu Nawas hidup dalam rumah yang sangat sederhana dan tidak memiliki harta benda yang melimpah ruah.
Walau pun begitu Abu Nawas selalu ikhlas dan mampu melewati setiap rintangan yang dijumpai dalam kehidupannya.
Abu Nawas tinggal serumah bersama dengan seorang istri.
Abu Nawas dapat pula meyakinkan istrinya bahwa akan selalu ada jalan bagi mereka yang ikhlas menjalani rintangan yang diberikan Allah SWT.
BERDOA.
Suatu hari istri Abu Nawas mengeluh atas kehidupan yang dijalaninya.
Dirinya mengaku tak kuasa lagi dengan beban hidup yang ditanggungnya.
Istri Abu Nawas mengeluh karena suaminya tak memiliki penghasilan sehingga tak mampu memberinya nafkah.
"Suamiku, kapan kau berikan sebuah gaun indah.
Hidupmu hanya kau habiskan untuk berdoa saja," ucap istri Abu Nawas.
"Tapi semuanya kulakukan dengan ikhlas hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT," jawab Abu Nawas.
"Kalau begitu, mintalah upah kepada Allah SWT," sahut istri Abu Nawas.
Seketika itu juga, Abu Nawas langsung pergi ke pekarangan rumahnya.
Dengan berbekal alat peribadatan yang lengkap, Abu Nawas mulai bersujud untuk menyampaikan permohonan-permohonannya kepada Allah SWT.
"Ya Allah, berilah hamba upah seratus keping perak!" ujar Abu Nawas dengan suara lantang dan dilakukannya berulang-ulang.
Rupanya suara Abu Nawas terdengar oleh salah seorang tetangganya yang sedang beristirahat di depan rumah.
Tak lama kemudian, tetangga Abu Nawas memiliki keinginan untuk berbuat usil dengan melemparkan seratus keping perak ke kepala Abu Nawas.
"Ya Allah, berilah hamba upah seratus keping perak!" teriak Abu Nawas untuk kesekian kalinya dan diikuti sebuah koin seratus perak jatuh tepat di atas kepalanya.
Abu Nawas yang terkejut, langsung lari ke dalam rumah sambil membawa uang yang baru saja di dapatkan kepada istrinya.
"Istriku, aku memang wali Allah dan aku baru saja mendapatkan upah dari Allah SWT," tutur Abu Nawas.
Tapi tetangga Abu Nawas tadi tidak terima kalau uang yang dilemparkannya tadi menjadi milik Abu Nawas.
Oleh karena itu, pintu rumah Abu Nawas langsung digedor oleh tetangganya tadi.
"Hai Abu Nawas, kembalikan uang yang baru saja aku lemparkan tadi.
Itu milikku!" ucap tetangga itu.
MENANG DALAM SIDANG.
"Bagaimana mungkin uang itu milikmu.
Aku memohon kepada Allah dan uang yang jatuh itu pasti jawaban dari Allah," jawab Abu Nawas.
Tetangga yang usil tadi tidak terima dan mengajak Abu Nawas agar diselesaikan dipengadilan.
Tak lama kemudian mereka sudah di pengadilan dan menjalani sidang.
"Apa pembelaanmu wahai Abu Nawas?" tanya Hakim.
"Tetangga saya ini gila Tuan Hakim.
Ia pikir semua yang ada di dunia ini adalah miliknya.
Coba saja tanyakan misalnya jubah saya, kuda saya, tentu semua diakui sebagai miliknya," jawab Abu Nawas.
"Tapi itu semua memang milikku!" teriak tetangganya yang kaget akan pernyataan Abu Nawas tersebut.
Bagi sang hakim, bukti-bukti yang diterimanya sudah cukup untuk memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah.
Hakim memutuskan bahwa Abu Nawas menang dan uang yang jatuh di kepalanya menjadi miliknya.
Kehidupan Abu Nawas memang tak seberuntung kawan-kawannya yang lain ataupun para saudagar yang pernah ditemuinya.
Abu Nawas hidup dalam rumah yang sangat sederhana dan tidak memiliki harta benda yang melimpah ruah.
Walau pun begitu Abu Nawas selalu ikhlas dan mampu melewati setiap rintangan yang dijumpai dalam kehidupannya.
Abu Nawas tinggal serumah bersama dengan seorang istri.
Abu Nawas dapat pula meyakinkan istrinya bahwa akan selalu ada jalan bagi mereka yang ikhlas menjalani rintangan yang diberikan Allah SWT.
BERDOA.
Suatu hari istri Abu Nawas mengeluh atas kehidupan yang dijalaninya.
Dirinya mengaku tak kuasa lagi dengan beban hidup yang ditanggungnya.
Istri Abu Nawas mengeluh karena suaminya tak memiliki penghasilan sehingga tak mampu memberinya nafkah.
"Suamiku, kapan kau berikan sebuah gaun indah.
Hidupmu hanya kau habiskan untuk berdoa saja," ucap istri Abu Nawas.
"Tapi semuanya kulakukan dengan ikhlas hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT," jawab Abu Nawas.
"Kalau begitu, mintalah upah kepada Allah SWT," sahut istri Abu Nawas.
Seketika itu juga, Abu Nawas langsung pergi ke pekarangan rumahnya.
Dengan berbekal alat peribadatan yang lengkap, Abu Nawas mulai bersujud untuk menyampaikan permohonan-permohonannya kepada Allah SWT.
"Ya Allah, berilah hamba upah seratus keping perak!" ujar Abu Nawas dengan suara lantang dan dilakukannya berulang-ulang.
Rupanya suara Abu Nawas terdengar oleh salah seorang tetangganya yang sedang beristirahat di depan rumah.
Tak lama kemudian, tetangga Abu Nawas memiliki keinginan untuk berbuat usil dengan melemparkan seratus keping perak ke kepala Abu Nawas.
"Ya Allah, berilah hamba upah seratus keping perak!" teriak Abu Nawas untuk kesekian kalinya dan diikuti sebuah koin seratus perak jatuh tepat di atas kepalanya.
Abu Nawas yang terkejut, langsung lari ke dalam rumah sambil membawa uang yang baru saja di dapatkan kepada istrinya.
"Istriku, aku memang wali Allah dan aku baru saja mendapatkan upah dari Allah SWT," tutur Abu Nawas.
Tapi tetangga Abu Nawas tadi tidak terima kalau uang yang dilemparkannya tadi menjadi milik Abu Nawas.
Oleh karena itu, pintu rumah Abu Nawas langsung digedor oleh tetangganya tadi.
"Hai Abu Nawas, kembalikan uang yang baru saja aku lemparkan tadi.
Itu milikku!" ucap tetangga itu.
MENANG DALAM SIDANG.
"Bagaimana mungkin uang itu milikmu.
Aku memohon kepada Allah dan uang yang jatuh itu pasti jawaban dari Allah," jawab Abu Nawas.
Tetangga yang usil tadi tidak terima dan mengajak Abu Nawas agar diselesaikan dipengadilan.
Tak lama kemudian mereka sudah di pengadilan dan menjalani sidang.
"Apa pembelaanmu wahai Abu Nawas?" tanya Hakim.
"Tetangga saya ini gila Tuan Hakim.
Ia pikir semua yang ada di dunia ini adalah miliknya.
Coba saja tanyakan misalnya jubah saya, kuda saya, tentu semua diakui sebagai miliknya," jawab Abu Nawas.
"Tapi itu semua memang milikku!" teriak tetangganya yang kaget akan pernyataan Abu Nawas tersebut.
Bagi sang hakim, bukti-bukti yang diterimanya sudah cukup untuk memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah.
Hakim memutuskan bahwa Abu Nawas menang dan uang yang jatuh di kepalanya menjadi miliknya.
0 komentar:
Posting Komentar