Minggu, 07 Juli 2013

Abu Nawas Menduduki Singgasana Raja

Diposting oleh Unknown di 00.51
Kecerdikan akal dan pikiran Abu Nawas sudah tersebar di seluruh penjuru kerajaan yang dipimpin oleh Raja Harun Ar-Rasyid. Bahkan raja sendiri pun mengakui kehebatan Abu Nawas hingga mengajaknya tinggal di istana.

Raja Harun telah memberikan kebebasan kepada Abu Nawas untuk keluar masuk istana tanpa prosedur yang berbelit. Dengan hadirnya Abu Nawas di istana, maka raja dapat setiap saat meminta pertimbangan, pendapat kepada Abunawas dalam setiap keputusannya, sebagai penasehat kerajaan.

Namun, tampaknya kali ini Abu Nawas mulai bosan tinggal di istana, ia tidak terbiasa dengan hidup berfoya-foya. Meskipun semua yang diinginkan selalu tersedia, namun Abu Nawas memilih ingin tinggal di luar istana, ia rindu sekali untuk menggarap sawah dan merawat hewan ternaknya.

Dari sinilah kenudian muncul dalam pikiran Abu Nawas untuk keluar dari istana. Diputarlah otaknya untuk mencari alasan agar ia bisa keluar.

Menduduki Singgasana Raja.
Setelah semalamam dipikirkan, Abu Nawas menemukan cara jitu untuk keluar dari lingkungan istana.
Pada keesokan harinya, ia sengaja bangun pagi-pagi sekali kemudian pergi ke ruang utama istana. Saat itu suasana masih sepi, hanya terdapat beberapa pengawal. Raja Harun sendiri masih terbaring di tempat tidurnya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTryLr8aRZ498eYlB-fGhWafkXbP09XiY1MATV1LPH1psI1MJ3rBkZsF0-b6jGF2L2dzsLToUG25XCURR3Dnz0vWL_XeI7NhtHh5NEsXoE5hSsYy-jYUHgV7YtJLRMbTDEwOaIhYrkPqLa/s320/Mahkota+Raja+Harun+Ar-Rasyid.jpgPada saat Abu Nawas itulah Abu Nawas mendekati singgasana raja dan mendudukinya. Tak hanya itu saja, Abu Nawas juga mengangkat kaki dan menyilangkan salah satu kakinya seolah-olah dialah rajanya.

Melihat kejadian itu, beberapa pengawal kerjaaan terpaksa mengangkap Abu Nawas. Mereka menilai bahwa siapapun tidak berhak duduk di singgasana raja kecuali Raja Harun sendiri.
Barang siapa yang menempati tahta raja, termasuk dalam kejahatan yang besar dan hukuman mati yang diberikan.

Para pengawal menangkapAbu Nawas kemudian menyeretnya turun dari tahta dan memukulinya.
Mendengar teriakan Abu Nawas yang kesakitan, raja menjadi terbangun dan menghampirinya.
'Wahai pengawal, apa yang kalian lakukan?" tanya raja.
"Ampun Baginda, Abu Nawas telah lancang duduk di singgasana Paduka, kami terpaksa menyeret dan memukulinya," jawab salah seorang pengawal.

Sesaat setelah itu, Abu Nawas tiba-tiba saja menangis. Tangisannya sengaja ia buat kencang sekali sehingga banyak menyita perhatian penduduk istana lainnya.
"Benarkah yang dikatakan pengawal itu wahai Abu Nawas?" kata Raja Harun.
"Benar Paduka," jawan Abu Nawas.

Tujuan Keluar Istana Tercapai.
Raja sangat terkejut dengan penuturan Abu Nawas itu. jika sesuai peraturan yang ada, Abu Nawas akan dikenai hukuman mati. Namun, Raja Harun tak sampai hati melaksanakannya mengingat begitu banyak jasa yang diberikan Abu Nawas kepada kerajaan.

"Sudahlah, tak usah menangis. Jangan khawatir, aku tidak akan menghukummu. Cepat hapus air matamu," ucap sanga raja.
"Wahai Baginda, bukan pukulan mereka yang membuatku menangis, aku menangis karena kasihan terhadap Paduka," kata Abu Nawas yang membuat raja tercenganng oleh ucapan itu.
'Engkau mengasihaniku?" tanya Raja Harun.
"Mengapa engkau harus menagisiku?" kata raja lagi.

Harga Diri Raja Tercoreng.
Abu Nawas menjawab,
"Wahai raja, aku cuma duduk di tahtamu sekali, tapi mereka telah memukuliku dengan begitu keras. Apalagi paduka, paduka telah menduduki tahta selama dua puluh tahun. Pukulan seperti apa yang akan paduka terima? Aku menangis karena memikirkan nasib paduka yang malang," jawab Abu Nawas.

Jawaban itu membuat raja tak bisa berbuat apa-apa.
Ia tak menyangka Abu Nawas menjual harga dirinya di depan banyak pengawal. Oleh karena itu, Raja Harun hanya menghukum Abu Nawas untuk dikeluarkan dari istana.
"Baiklah jika demikian, mulai detik ini kamu harus keluar dari sitanaku," kata raja sedikit geram.

"Terima kasih paduka, memang itulah yang saya kehendaki," balas Abu Nawas sambil menyalami Raja Harun untuk kemudian pamit keluar dari istana.
Abu Nawas Mengelabui Raja
Karena di anggap terlalu mengkritik kepemimpinan Raja Harun, maka Abu Nawas ditangkap karena ia dituduh telah melakukan sesuatu yang membahayakan kerajaan sehingga harus dihukum.
Namun demikian, Abu Nawas selalu punya alasan untuk meloloskan diri dari hukuman itu.

Ia mengaku kepada pengawal kerajaan bahwa ia memiliki ilmu tinggi dan ia akan terbang.
Kabar Abu Nawas akan terbang akhirnya terdengar oleh Raja Harun.

"Mana mungkin Abu Nawas akan terbang, dia tidak punya sayap, tidak punya alat-alat khusus, apakah ia punya ilmu khusus?" kata Raja Harun kepada pengawalnya.
"Kami tidak tahu paduka, tetapi Abu Nawas sangat meyakinkan," jawab pengawal.

Hingga dibawalah Abu Nawas menghadap Sang Raja.
"Abu Nawas, betulkah kamu mau terbang?" tanya Raja.
"Ya Tuanku, memang saya mau terbang," jawab Abu Nawas.
"Kapan? dan dimana?" tanya Raja secara beruntun.
"Hari Juma'at yang akan datang ini, dan dari menara Masjid Baitul Rakhim, tak jauh dari rumah saya, jika raja mengijinkan," jawab Abu Nawas.


Akhirnya Sang Raja mengijinkan dan bahkan ia berjanji akan membebaskan Abu Nawas jika bisa terbang.
Akan tetapi jika Abu Nawas tak bisa membuktikan, maka hukumannya akan ditambah 100 lecutan rotan, daun kuping dipotong dan hukuman gantung.

Akan Terbang
Pada hari yang sudah dinantikan, Jum'at sesudah sembahyang Jum'at, lapangan sekitar masjid Baitul Rakhman sudah penuh orang.
Orang biasa, rakyat, penduduk dan penguasa setempat sudah berjubel mengambil tempat masing-masing.
Orang-orang menantikan saat yang paling genting dan mendebarkan.

Abu Nawas dengan langkah yang sangat gagah dan tak ragu, menaiki tangga menara tertinggi dan orang-orang melihat dengan mata yang tak berkedip, terpaku dan menyatu mengikuti langkah tubuh Abu Nawas.

Ketika Abu Nawas sampai pada puncak tertinggi, dia melihat lurus dan terkadang ke bawah yang penuh orang.
Badan dan kedua belah tangannya merentang lurus seakan-akan benar mau terbang.
Orang-orang yang ada di bawah dengan seksama memperhatikan dan Abu Nawas terus dan berulang-ulang merentangkan tangannya dan memajukan badannya seakan-akan terbang dan bagaikan berenang perilaku dan gerak-geriknya.

Sementar orang-orang yang ada di bawah menunggu dengan jantung berdegup dengan kencang.
Akhirnya Abu Nawas menemui mereka dan mereka semua terpana, terpesona, heran dan penuh keraguan apalagi yang mau dibuat ABu Nawas ini.

"Apa semua kalian lihat tadi bagaimana saya mau terbang itu?" tanya Abu Nawas.
"Ya, kami melihat, kamu menggerakkan kedua belah tanganmu dan badanmu bergerak ke depan, tampaknya memang bergaya mau terbang," kata orang banyak.


Bebas
"Lalu apakah saya berbohong bahwa saya mau terbang pada hari Jum'at ini dan di menara tertinggi Masjid Baitul Rakhim ini?" tanya Abu Nawas.
"Ya tidak bohong, kamu betul mau terbang hari ini dan di sini.Tapi kenapa lalu kamu tidak terbang?" kata mereka.


"Yang saya katakan bahwa saya mau terbang.Lalu saya coba, lalu ternyata yang seperti kalian lihat tadi itu," kata ABu Nawas.
"Tapi ternyata kamu tidak bisa terbang," kata mereka.


"Itu soal lain, saya tidak mengatakan bahwa saya mau terbang pada hari Jum'at ini dan di sini.Itu yang saya katakan dan kalian semua tahu hal itu.
Saya katakan bahwa saya mau terbang, hanya itu bukannya terbang," kata ABu Nawas.

Orang-orang saling melihat dan mulut mereka berguman.
Tarikan nafas panjang karena Abu Nawas terlepas dari jeratan hukum.
Orang-orang juga sama membenarkan bahwa Abu Nawas memang tidak berbohong.
Dia melakukan semua yang dia pernah katakan.Tidak berbohong dan menepati janji.

0 komentar:

Posting Komentar

 

YhuLiz BLog's (Yulistyanda Sandi) Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting